Skip to main content

Tentang Sebuah Mimpi

Sejak pagi tadi, aku memulai kegiatan sepeti biasa. Layaknya anak gadis yang lain, pagi hari adalah saat yang paling melelahkan karena beban tugas harian yang harus dikerjakan. Karena hari ini libur, kusempatkan diri melanjutkan bab ke delapan draft novel di laptop. Di antara semua kalimat yang tersusun, terbayanglah satu kalimat tentang mimpi.
Pict. from www.thecrispycorner.com
Ketika masih kanak-kanak, kita begitu rajin bermimpi. Kita adalah pemimpi ulung yang penuh keberanian. Dengan bekal kejujuran seorang anak berani bermimpi setinggi langit. Jujur saja, aku pernah bermimpi menjadi wartawan ketika teman-teman sebayaku ingin jadi dokter dan pilot. Aku pernah bermimpi jadi pengusaha pakaian ketika teman sepermainanku ingin jadi guru dan polisi. Aku juga pernah ingin jadi detektif setelah terilhami film kartun Detective Conan. Aku pernah ingin menjadi pencipta robot setelah menonton Doraemon.
Seiring bejalannya waktu, impian-impian yang dulu terasa dekat dan nyata itu semakin pudar. Beberapa di antaranya pupus karena kesadaran dan logikaku sendiri. Ketika SMP aku mempersempit impianku. Aku akan jadi seorang penulis. dan impian itu yang jadi pedoman hingga aku memasuki perguruan tinggi.
Memilih jurusan Sastra Indonesia bukanlah sesuatu yang ringan. Masuk perguruan tinggi ini membuatku tampak prestisius. Orang-orang tampak kagum ketika mereka mendapatkan jawan bahwa aku kini kuliah di salah satu perguruan tinggi ternama di Indonesia. Tetapi ketika tahu jurusan yang kuambil, cibiran yang muncul.
"Mau jadi apa masuk sastra?" demikianlah yang orang katakan.
Dalam hati kutekaskan, bahwa aku harus mampu menutup mulut orang-orang itu dengan karya yang aku ciptakan. Bukankah sekarang Siapa pun Bisa Jadi Apa pun? Bahkan Sarjana Pertanian pun bisa jadi eksekutif di bank.
Lihat dan Saksikanlah, keberhasilan yang sebentar lagi akan kuraih. tidak peduli sekeras apa jalan yang aku tempuh, setajam apa krikil yang menghalau langkahku, akan kutunjukkan bahwa aku mampu.

Comments

Popular posts from this blog

Nilai-nilai Moral dalam Tembang Durma

A. Lirik dan Arti Tembang Durma Pict. from ISI JOGJA Official Site Bener luput ala becik lawan begja cilaka mapan saking ing badan priyangga dudu saking wong liya pramila den ngati-ati sakeh dirgama singgahana den eling (Diyono, 1992: 38-39) benar dan salah, untung dan rugi ditentukan oleh diri sendiri bukan orang lain karenanya berhati-hatilah, Tuan sekarang banyak tipu muslihat sadar selalu, Tuan B.  Makna Tembang Durma Tembang Durma berisi tetntang kemarahan serta kekecawaan terhadap keadaan dimana moralitas dianggap tidak lagi penting. Ketika seseorang telah mendapatkan kebahagiaan, kejayaan, serta kehormatan, orang tersebut menjadi lupa. Tindakan yang sewenang-wenang dibenarkan, sehingga terjadi penindasan dimana-mana. Dalam tembang Durma, masyarakat digambarkan mengalami kemunduran moral atau munduring tata krama . Dengan banyaknya kejahatan, penipuan, dan kesewenang-wenangan saat ini menunjukkan bahwa memang manusia sedang mengalam

Sekilas tentang Eiffel Tolong - Clio Freya (bagian 1)

Sebuah novel yang saya beli ketika SMP telah memikat saya dengan konten yang bertema romansa remaja yang tidak se-enteng novel remaja lainnya. Yakin, deh, Sista juga akan berpendapat kurang lebih sama dengan saya ketika membaca buku ini. Serial petualangan dan romansa gubahan Clio Freya akan memberikan kamu sensasi berbeda. Adrenalin kamu akan ikut terpacu setiap kali membayankan tenrang jalan hidup seorang Fay Regina Wiranata yang tidak mudah. Semula hidup Fay baik saja, normal, tanpa kejanggalan. Hanya rasa sepi yang sering ditemuinya karena kedua orang tuanya yang terlampau sibuk dengan pekerjaan serta perjalanan bisnis mereka. Dalam ketiga serialnya, Fay disebutkan memiliki tiga sahabat baik: Cici, Dea, dan Lisa. Berlibur ke Paris membuat teman-teman Fay iri berat, apalagi sendirian. Fay awalnya menikmati perjalanannya berkeliling Paris saat secara mengejutkan ia disergap dan diculik oleh pria gila bernama Andrew McGallaghan. Pertemuan itu seketika mengubah hari-hari bah

Sepenggal Sejarah di langit Kademangan Jebres, tahun 1825.

Suasana di kraton Surakarta makin memanas, Perang Jawa makin bergelora dan melebarkan pengaruh hingga tlatah kraton Surakarta. Sinuhun Paku Buwono VI yang simpati dengan perjuangan Pangeran Diponegoro berpikir keras agar dapat membantu perjuangan tetapi beliau tidak mau dukungannya itu diketahui oleh pihak Belanda. Untuk itu beliau merubah fungsi menara hilal di dataran tinggi Gunung Kendil menjadi menara pengintai Beteng Vastenburg yang merupakan tangsi pasukan Kompeni Belanda. Sebagai kelengkapan juga dibentuklah satuan prajurit telik sandi (pasukan pengintai) yang berjumlah tujuh orang. Sebagai senopati pasukan telik sandi itu adalah Taruna yang kemudian mendapat anugerah nama menjadi Ki Joyo Mustopo dan wakilnya adalah Suryo Padmo Negoro. Prajurit telik sandi ini merupakan pasukan berani mati yang diberi nama pasukan Balkiyo. Pasukan telik sandi yang bermarkas di menara hilal Gunung Kendil, bertugas mengawasi kegiatan Belanda di Beteng Vastenburg secara jarak jauh deng