Baju Lebaran Diva



“Bu, Diva ingin punya baju baru untuk lebaran besok,” kata Diva kepada Ibunya yang sedang menjahit mukenanya yang robek. “Bu...”
“Iya, Sayang. Kita tunggu Bapak pulang dulu, ya,” jawab Ibu dengan sabar.
“Assalamu’alaikum.”
Mendengar suara Bapak di balik pintu, Diva segera bergegas membukakan pintu dan langsung memeluk Bapak. “Wa’alaikum salam. Bapak, semua teman Diva sudah punya baju baru.”
“Lho, Bapak biar istirahat dulu, dong,” kata Ibu sambil menyuguhkan secangkir teh hangat. Sepulang bekrja Bapak biasanya minum teh hangat.
Bapak tersenyum, “Diva mau baju baru untuk lebaran?” Diva mengangguk dengan semangat. “Besok ikut Bapak, ya. Kita beli baju baru buat Diva.”
Mendengar keputusan Bapak, Diva bersorak dengan gembira. Ia tidak sabar menunggu besok. Ketika pagi sudah datang, Diva pun berangkat ke pasar bersama Bapak dan Ibu. Dengan mengendarai sepeda motor, mereka pun tiba di pasar terdekat dengan rumah mereka.
“Bapak, ayo nanti bajunya keburu habis,” Diva menarik-narik lengan Bapak, takut kehabisan baju untuk lebaran.
“Tunggu sebentar, Ibu baru beli sayur,” kata Ibu sambil memilih-milih sayur. “Diva, kenalkan ini Santi, anak teman Ibu.”
Ketika Ibu memperkenalkan Santi, Diva mengulurkan tangan pada Santi. Diva mengamati Santi yang sedang membantu ibu dan Ayahnya berjualan di pasar. Santi hanya memakai kaus putih kusam dan celana panjang yang juga tampak sudah usang. Santi seumuran dengannya. Diva merasa malu kepada Santi. Ia pun bersembunyi di balik Bapak.
Setelah Ibu membayar sayuran yang dibelinya, mereka pun menuju ke penjual pakaian. Sampai di toko baju, Diva hanya diam. Ia tidak berbicara sedikitpun, dan itu membuat Bapak dan Ibu khawatir.
“Kenapa, Diva?”
“Diva tidak jadi beli baju saja, Bu,” kata Diva sambil menunduk.
“Kenapa?” tanya Bapak kebingungan.
“Diva malu dengan Santi, Pak. Dia masih kecil, tapi mau membantu orang tua, sementara Diva justru manja dan terus minta dibelikan baju baru.”
“Tidak apa-apa, Bapak dan Ibu akan belikan baju untuk Diva walaupun Diva tidak meminta,” kata Bapak dengan lembut.
“Diva punya uang tabungan. Beli baju satu lagi, ya. Diva mau berikan untuk Santi,” kata Diva sambil merogoh saku celananya yang berisi sejumlah uang.

Bapak dan Ibu merasa terharu melihat sikap Diva yang jauh berbeda dari biasanya. “Sudah, Diva simpan uang Diva untuk beli buku saja. Bapak dan Ibu akan belikan baju juga untuk Santi.
Kemudian, mereka memilih dua potong baju yang sama. Setelah membayar, mereka meninggalkan toko dan kembali ke penjual sayur di depan pasar. Setelah itu, mereka menyerahkan sepotong pakaian untuk Santi dan pulang kemudian. setelah sampai di rumah, Diva tidak menja lagi. Ia justru mau membantu Ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Diva juga membuatkan teh hangat untuk Bapak ketika Bapak pulang bekerja. Ibu dan Bapak pun merasa bangga memiliki Diva.

Comments