
“Sudah siap semua?” tanya Ayah kepada
Ibu dan Santi.
“Siap, Yah!” seru Santi dengan penuh
semangat.
Ayah pun mengayuh becak tuanya melewati
jalanan licin dan berbatu. Jalan yang berkelok-kelok tidak menjadi penghalang
bagi Ayah untuk menjemput rezeki. Santi yang duduk di kursi penumpang bersama
Ibu, menyanyikan lagu-lagu yang diajarkan di sekolah sebagai ungkapan
kebahagiaannya. Ayah dan Ibu juga ikut bernyanyi, sehingga tidak terasa mereka
sudah sampai di pasar.
“Santi, ambilkan sawinya, Nak,” pinta
Ibu dengan lembut.
Santi segera mencari-cari di mana sayur
bernama sawi itu berada. Setelah etemu, Santi menyerahkannya kepada Ibu untuk
ditata di atas meja.
“Terima kasih, ya,” Ibu mengusap kepala
Santi sambil berterima kasih. “Tolong ambilkan sayur wortel, ya.”
“Siap, Bu,” Santi tidak perlu membongkar
seluruh isi becak untuk menemukan wortel. Ibu selalu meletakkan wortel di dalam
kantung plastik bening, sehingga Santi bisa langsung tahu letaknya. “Bu, kenapa
kita berjualan sayur?” tanya Santi tiba-tiba.
“Tentu saja karena di pekarangan rumah
kita banyak sayuran yang Santi tanam bersama Ibu,” Ibu menjelaskan sambil
menyusun wortel di meja. “Sayur-sayur itu kalau Santi makan ‘kan tidak habis,
jadi lebih baik kita jual saja. Uangnya bisa untuk beli buku Santi.”
“Tapi Santi tidak suka wortel dan sawi,
kenapa Ibu tanam di rumah?”
“Semua sayur itu baik untuk tubuh Santi.
Kalau wortel ini,” Ibu mengambil sebatang wortel besar. “Menjaga kesehatan mata
Santi, rasanya juga enak. Nah, kalau makan sawi, nanti usus dan organ
pencernaan akan sehat. Tidak ada cacing yang akan hidup di dalam tubuh kita,
jadi Santi tetap sehat.”
Setelah Ibu menjelaskan khasiat sayuran,
datanglah para pelanggan. Hampir semuanya ibu-ibu, tapi Santi tetap percaya
diri membantu ibunya melayani para pembeli. Banyak di antara mereka yang Santi
kenal, sehingga Santi tidak canggung lagi berjumpa dan membantu Ibu melayani
mereka.
Selamat membaca, semoga apa yang saya buat ini memberikan manfaat buat netizen semua :)
ReplyDelete