"Awas, teman-teman! Anak itu datang lagi!" Teriak seekor semut dari luar sarangnya.
Ratusan bahkan ribuan ekor semut yang sedang mengumpulkan makanan untuk Sang Ratu, berlari tunggang-langgang. Peringatan Ann, nama semut itu, tidak pernah main-main. Para semut pun segera berlari menyelamatkan diri, sebagian masuk ke dalam sarang, yang lainnya berlindung di lain tempat.
"Dasar semut-semut nakal! Pengganggu!" Ucap seorang anak laki-laki sambil mengacung-acungkan sebatang ranting. Ia kemudian menggunakan ranting itu untuk merusak sarang semut itu.
"Jangan, Nak. Semut-semut itu tidak akan mengganggu kamu," kata ibu anak itu.
"Tapi mereka selalu memakan kue dan permen milikku, Bu. Aku tidak suka mereka," balas anak itu sambil terus mengganggu semut-semut.
Sementara itu, di dalam sarang semut, Ratu, dan para prajurit berkumpul. Mereka membicarakan anak nakal di atas sana.
"Kita hanya melakukan tugas kita untuk memenuhi kebutuhan hidup kita. Tidak banyak pula yang kita ambil dati makanan mereka," kata seekor Prajurit Semut.
"Ya, apalagi yang kita makan hanya sisa dan remah-remah makanan mereka," imbuh yang lainnya.
"Ratu, kami rasa kita perlu bertindak," kata Sang Putri.
Setelah perundingan itu, rumah anak nakal itu bebas dari semut. Betapa bergembiranya anak itu karena tidak ada lagi yang menggangginya makan. Ia bisa makan apa pun kapan pun tanpa takut dodahului serangga kecil itu.
Selama berhari-hari keadaan ini berjalan. Keadaan rumah anak itu tampak berbeda. Remah-remah makanan berceceran di lantai. Bahkan ada aroma tidak sedap dari berbagai sudut di rumah itu.
Ibu menyuruh anak itu membersihkan rumah, tapi anak itu selalu menolak. Ia hanya bisa menahan diri agar tidak merasakan bau busuk di kamarnya.
"Bu, kenapa kamarku jadi tidak nyaman, ya?" anak itu heran.
"Tahukah kamu, Nak, bahwa hidup bersih itu sangat penting. Kamu boleh makan, tapi jangan di dalam kamar, dan kamu juga harus membesihkan sisa makananmu yang berjatuhan."
"Tapi, membersihkan kamarku ini sulit, Bu. Apalagi kalau harus membersihkan di kolong-kolong meja atau di barah karpet."
"Itulah sebabnya keberadaan semut itu penting. Kita makan, semut yang membersihkan sisa-sisanya. Jika semut itu marah, mereka tidak mau membersihkan sisa-sisa makananmu. Dan, beginilah jadinya. Kamarmu jadi kotor dan bau," dengan sabar Ibu menjelaskan pentingnya peran semut bagi hidup manusia.
Setelah nasihat Ibu itu, anak itu menengok sarang semut yang ia ruaak beberapa hari lalu. Semut memang rajin, sarangnya sudah kembali seperti semula. Anak itu meletakkan sepotong kue bolu di tepi sarang semut, lalu berkata, "maafkan aku, aku sudah mengganggu dan meremehkan kalian."
Setelah kejadian itu, semut kembali melaksanakan tugasnya. Rumah dan kamar anak itu kembali bersih dan bebas dari bau tidak sedap.
Comments
Post a Comment