"Tania..." suara lembut Bianca memanggil namanya. Beberapa kali ia mencoba memanggil nama Tania, namun temannya itu tidak menjawab juga. Tadinya ia merasa antusias, tapi sekarang Bianca mulai kesal dengan permainan ini. "Ayolah, Tania... Dimana kamu?" Bianca menjelajahi rumah, membuka beberapa ruangan. Lalu bertambah kesal setiap kali menemukan ruangan dalam keadaan kosong. Waktunya bukan tidak terbatas, namun ia berusaha menemukan Tania sebisa mungkin. Walau tidak ada jawaban sejak tadi, Bianca yakin Tania masih berada di dalam rumah. Apa memangnya yang bisa dilakukan gadis lemah seperti Tania? Bianca terkekeh membayangkan Tania yang ceroboh dan lugu (untuk tidak mengatakan bodoh). Bianca merasa dirinya adalah teman yang baik. Ia bahkan tidak mau mengatakan kalau temannya bodoh, meskipun itu benar. "Aku selalu pandai menemukan orang yang bersembunyi. Kamu tentu tahu itu, Tania," Bianca memainkan sebilah pisau ditangannya, mengetukkannya pada permukaan mej
Muara isi hati dan kreativitas